Jenis Dan Jenjang Pendidikan
Jenis Dan Jenjang Pendidikan
Adapun jenjang dan jenis pendidikan yang diselenggarakan oleh Taman Siswa adalah meliputi (1) Taman Indriya, yaitu Taman Kanak-kanak Taman Siswa untuk anak yang berumur antara 5 – 6 tahun, (2) Taman Anak, yaitu setingkat dengan anak SD kelas I – III sekitar 6 atau 7 – 9 atau 10 tahun. Jenjang pendidikan ini terutama untuk jaman wiraga, (3) Taman Muda, yaitu setingkat dengan kelas IV – VI SD untuk anak sekitar umur 10 – 11 sampai dengan 12 – 13 tahun. Jenjang pendidikan ini terutama untuk jaman wicipta, (4) Taman Dewasa, yaitu semacam sekolah Menengah Tingkat Pertama yang lamanyta 3 tahun, (5) Tman Madya atau Taman Dewasa Raya, yaitu merupakan sekolah Menengah Tingkat Atas, tetapi lamanya hanya 2 tahun. Pada jenjang Taman Madya ini terdapat beberapa jurusan yang disediakan, meliputi jurusan : pendidikan, sosial ekonomi, kesusastraan, dan jurusan ilmu pasti alam, (6) Taman Guru, yaitu sekolah untuk menyiapkan calon guru pada Taman Indriya, Taman Muda dan Taman Dewasa. Taman Guru ini meliputi (a) Taman Guru B I, untuk menyiapkan calon guru Taman Anak dan Taman Muda dan Taman Dewasa, (b) Taman Guru B II, untuk menyiapkan calon guru sebagaimana pada Taman Guru B I, tetapi bukan untuk kelas rendah (I tahun sesudah Taman Guru B I), (c) Taman Guru B III, untuk menyiapkan calon guru Taman Dewasa (1 tahun sesudah Taman Guru B II). Pada Taman Guru B III ini diadakan 2 bagian : - Bagian A (Alam / pasti) bagi mereka yang akan mengajarkan mata pelajaran Alam / Pasti. – Bagian B (budaya), bagi mereka yang akan mengajarkan Bahasa, Sejarah dan lain-lain. Taman Guru Indriya, melulu untuk gadis-gadis Taman Dewasa atau sekolah lanjutan lainnya (SMP/ SKP) yang ingin menjadi guru pada bagian Taman Indriya (lama 2 tahun), (7) Taman Pra Sarjana, yaitu pendidikan guru yang bertingkat lebih tinggi dari Taman Guru dan merupakan persiapan calon guru untuk Taman Dewasa Raya, (8) Taman Sarjana, yaitu setingkat dengan kursus B I dengan jurusan Alam pasti, Bahasa dan Ilmu Sosial (disebut juga Sarjana Wiyata).
Sesuai dengan sifat dan karakteristik Pendidikan Taman Siswa (terutama kultural-nasional) maka bentuk penyelenggara pendidikannya meliputi :
Perguruan
Yaitu tempat berguru, dimana anak didik mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Selain dipakai sebagai tempat belajar juga berfungsi sebagai tempat tinggal guru, tempat berkumpul, tempat rapat, perayaan, bahkan juga dipakai untuk penginapan. Dengan berbagai fungsi tersebut sehingga dapat menjadikan hubungan guru dan murid akrab dan ada rasa kekeluargaan yang akrab.
Asrama
Selain guru-guru, murid-murid yang berasal dari tempat lain berdiam di perguruan asrama. Tempat ini terutama sebagai alat pendidikan untuk pendidikan kekeluargaan.
Pondok asrama untuk putera disebut ”Wisma Priya” dan untuk putri disebut ”Wisma Rini”. Pondok ini selalu berada dalam pengawasan dan sifat kekeluargaan tetap terpelihara. Untuk wisma rini diperhatikan juga soal-soal keputrian, seperti : menjahit, memasak, memelihara kebun, olah raga dan sebagainya.
Dan tempat ini pulalah diusahakan agar sifat ke-timuran tidak sampai rusak.
Tripusat Pendidikan
Untuk kesempurnaan penyelenggaraan pendidikan dalam lingkungan perlu ada tiga lingkungan pergaulan. Ketiga lingkungan tersebut adalah : keluarga, perguruan, dan pergerakan pemuda dan lingkungan sosial.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan terpenting karena menurut kodratnya orang tualah yang harus mendidik anak-anaknya, terdorong oleh insting, rasa cinta asli terhadap keturunannya. Lagi pula keadaan, istiadat dan kehidupan keluarga mempengaruhi tumbuhnya budi pekerti tiap manusia, perasaan sosial seperti tolong menolong, tidak mementingkan diri sendiri, patuh, ketertiban, perdamaian, kebersihan, rasa menderita atau bahagia bersama. Juga untuk pendidikan keagamaan, lingkungan keluarga merupakan tempat pertama dan utama.
Lingkungan Perguruan, merupakan tempat yang istimewa sebagai pusat pembimbing kecerdasan pikir, memberi ;pengetahuan dan menyiapkan anak mendapatkan mata pencaharian. Tempat ini dapat dikatakan sebagai tempat pengajaran (Balai Wiyata). Macam pendidikan yanglain seperti pendidikan sosial, pendidikan budi pekerti dan pendidikan keagamaan juga mendapat perhatian, tetapi tidak sebegitu besar dibanding dengan pendidikan pikir. Karena itu agar supaya tidak terjadi intelektualisme, individualisme, egoisme dan materialisme, lingkungan ini tidak terpisah dari hidup keluarga.
Lingkungan sosial atau Pergerakan Pemuda, merupakan lingkungan pendidikan yang membimbing dan mengembangkan anak menuju kedewasaan jiwa, budi pekerti, laku sosial, kecerdasan pikir, yang dilakukan dalam suasana merdeka, sebab dalam perkumpulan ini mereka berusaha bersama, berlatih, bertenaga dan menahan diri untuk mendapatkan pendidikan diri (self-education). Orang dewasa hanya berdiri dibelakang, memberi nasihat jika diperlukan, tidak ada paksaan, dan disinilah letak pentingnya kepramukaan.
Ko-Instruksi
Dalam menyelenggarakan sistem pendidikan ini tidak diadakan pemisahan antara laki-laki dan perempuan, karena menurut kodratnya berdasarkan kebiasaan dalam keluarga hal ini tidak dilaksanakan. Sistem ini baru diadakan pemisahan laki-laki dan perempuan dalam menerima
Gengan hidup), sedangkan perkara rebutan sejari tanah adalah perebutan negara (melambangkan insting kelanggengan jasmani / penghidupan jasmani), (10) ”Dari Natur kearah kultur” artinya dari kodrat kearah adab, yaitu azas pendidikan yang bersifat kultural dan berdasarkan kodrat alam, (11) ”Syariat tidak dengan Hakikat adalah Kosong”, artinya Tindakan tidak dengan hakikat pasti batal. Maksudnya untuk mencapai keberhasilan tidak cukup memaki laku batin, tetapi harus dengan laku lahir. Atau sebaliknya, suci lahir dan tertibnya batin harus bersamaan, (12) Hing Ngarsa Sung Tulada, Hing Madya Mangun Karsa, artinya didepan berilah teladan (yang baik), di tengah ikut serta membentuk kehendak.
Pendidikan INS
Riwayat Singkat Pendiri INS
Lembaga pendidikan yang berubah-ubah namanya dari Indonesische Nederlandse School, kemudian Indonesia National School, dan yang terakhir Institut Nasional Syafei, yang juga lebih terkenal dengan nama ”Perguruan Ruang Pendidikan INS” ini didirikan oleh Moch. Syafei. Ia adalah seorang dari seorang guru Inyik Mara Sutan yang selama hidupnya menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan pendidikan dan pengajaran. Ia dilahirkan di Kayutaman, Sumatera Barat pada tahun 1899. ibunya bernama Andung Chalijah.
Setelah tamat dari Sekolah Rakyat dan Sekolah Guru di Bukittinggi, ia bekerja sebagai guru pada sekolah Kartini di Jakarta selama 6 tahun. Kemudian ia dikirim ayahnya ke negeri Belanda untuk menyempurnakan pendidikannya. Pada tahun 1922 ia bertolak ke sana untuk sekolah atas biaya sendiri. Agar nanti dapat menerima pelajaran dengan baik, mendalam dan cepat, ia tidak langsung masuk ke suatu sekolah, melailnkan mengambil pelajaran privat dari guru yang terkenal dalamilmu yang ia butuhkan. Akhirnya ia dapat menyelesaikan pendidikannya dan dapat ijazah yang meliptui : Ijazah Guru Eropa, Menggambar, Pekerjaan Tangan dan Musik. Dalam kesempatan selama tiga tahun di belanda dimanfaatkan juga mengunjungi beberapa negara lain di Eropa untuk.
Ia datang kembali di tanah air tahun 1925 dalam suasana pergerakan melawan penjajah Belanda. Ia meneruskan perjuangannya dengan menceburkan diri dalam lapangan pendidikan dengan memimpin suatu sekolah di Padang dari kepunyaan perkumpulan pegawai kereta api. Setelah sekolah tersebut diserahkan sepenuhnya kepadanya, pada tanggal 31 Oktober 1926 sekolah itu diberi nama Indonesische atau Indonesia di depan nama Nederland atau Holland. Pemerintah penjajah sendiri tidak pernah memberi nama Indonesia melainkan Indische atau Inlandsche, dan inipun pada sekolah Belanda diletakkan pada urutan kedua, seperti HIS, HIK, NIAS dan sebagainya. Jadi kata Nederland atau Holland selalu diletakkan didepan. Pada sat itu kata Indonische atau Indonesia merupakan momok bagi pemerintah jajahan Belanda.
Sesudah Jepang menduduki Indonesia, ia memasuki gelanggang politik. Pada tahun 1946 ia diangkat menjadi menteri P dan K dalam Kabinet Syahrir yang kedua. Kemudian ia menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung, dan pada tahun 1950 anggota DPR Sementara RI. Pada tahun 1968 ia memperoleh gelar Honoris Causa dari IKIP Padang karena jasanya dalam bidang pendidikan. Kemudian meninggal dunia tanggal 5 Maret 1969.
Currently have 0 komentar: