let's smile This Blog is part of the U Comment I Follow movement in blogosphere.Means the comment field of this blog is made DOFOLLOW.Spam wont be tolerated.

Blogger Widgets

Join the movement and Get this widget

Blog d'informazione e cronaca sportiva

Blogger Indonesia
Latest News

PERKEMBANGAN MASYARAKAT MASA DEPAN, TANTANGAN DAN ANTISIPASINYA

Kamis, 02 April 2009 , Posted by Qym at 4/02/2009 01:10:00 PM

PERKEMBANGAN MASYARAKAT MASA DEPAN, TANTANGAN DAN ANTISIPASINYA

W. Wager dan Gerald Feinberg, dan futuris ini yakin bahwa manusia dengan memanfaatkan intelegensi kolektif mereka dapat mengatasi ancaman masa depan. Kedua futuris ini memiliki pandangan yang utopis mengenai masa depan. Berbeda dengan pandangan John Platt yang berpendapat bahwa dunia masa depan begitu berbahaya, di sana sini diwarnai rasa keprihatinan. Pandangan yang terakhir ini bersifat distopia (Shane, 19730 dalam Miarso , 19840. terlepas apakah masa depan nantinya bersifat utopia atau distopia masa depan akan diwarnai oleh berbagai kecenderungan perubahan.
Di satu pihak kecenderungan tersebut dapat membawa kemaslahatan umat manusia, dilai pihak kecenderungan itu berdampak negatif, oleh karena itu, hal penting yang perlu diperhatikan adalah kemana arah kecenderungan perubahan masa depan itu dan bagaimana mengantisipasi dampak negatif dari kecenderungan perubahan tersebut.

KECENDERUNGAN PERKEMBANGAN IPTEK DAN PENGARUH NYA TERHADAP MASYARAKAT MASA DEPAN.
Potensi ilmu pengetahuan dan teknologi demikian mencoloknya. Selama abad kedua puluh, ilmu pengetahuan telah meloncat kedepan. Faktor yang berpengaruh atas keadaan ini karena menurut dugaan 90 % ahli ilmu pengetahuan dan penemuan – penemuan dalam sejarah umat manusia hidup pada zaman ini. Riset dan pembaharuan dilembagakan, demikian pula modal orang yang bekerja di bidang IPTEK, merupakan faktor pendukung lonjakan perkembangan IPTEK (Faure, 1972).
Hal yang menarik disamping kuantitas penemuan dan intesitasnya adalah jarak antara penemuan prinsip – prinsip ilmiah dengan aplikasi dan penyebaraannya semakin pendek. Sebagai contoh pada tahun 1727 ditemukan prinsip – prinsip dasar pemotretan. Kurang lebih 112 tahun jarak antara penemuan prinsip ilmiah dengan aplikasinya. Sementara hatere solar prinsip ilmiahnya ditemukan tahun 1953, aplikasinya tahun 1955, sehingga hanya membutuhkan waktu 2 tahun.
Para penelitia masa depan telah mencoba menginventarisasi perkembangan IPTEK masa depan. Menurutnya IPTEK masa depan, (1) perkembangan energi fisika tinggi, inovasi dan aplikasi lanjuut cahaya laser, (2) pemurnian terus – menerus pada bidang sibernetika – bidang proses kontrol sistem – sistem mekanik, biologi dan elektronik, (3) perubahan penting dalam kualitas dan penggunaan media massa, (4) sukses besar dalam manipulasi ringan dan restorasi lingkungan, (5) peningkaatan pemakaian komputer, (6) memperkenalkan super – konduktor, dan (7) kerja sama internasional dalam perdagangan dan tukar menukar teknologi (Shane, 1973 dalam Kusuma, 1982).
Berbagai bidang IPTEK akan maju terus. Perkembangaan elektronika akan berkembang kearah psikoelektronika dan bio elektronik. Robot – robot akan menggantikan tenaga manusia, sehingga menju kearah pabrik tanpa buruh. Bioteknologi, geno teknologi dan ekoteknologi akan memegang peranan penting dalam masyarakat masa depan.
Teknologi telah mengakselerasi perubahan (Tofler, 1970 dalam sri Koendiyatinah, 1987). Banyak aspek kehidupan yang berubah karena
Perkembangan lain, teknologi transformasi, komunikasi dan infromasi.
Dalam bidang transformasi, selama berabad – abad manusia mengadakan pejalanan dengan jalan kaki. Sekitar 6000 tahun sebelum Masehi angkutan yang paling cepat adalah unta dengan kecepatan 8 mil perjam, tahun 1600 SM dengan kereta kuda meningkat 20 mil perjam, lokomotif ditemukan tahun 1925 baru mencapai kecepatan 13 mil perjam. Sementara tahun 1938 manusia mengudara dengan kecepatan 400 mil perjam dan tahun 1960 dengan roket, kecepatan mencapai 4800 mil perjam. Dan kini astronot mengedari bumi dengan kecepatan 18.000 mil perjam atau 40. 000 km perjam (Faure, 1972 ; Toffler,, 1970).
Revolusi teknologi komunikasi membaut jarak bukan merupakan hambatan bagi manusia dalam berkomunikasi. Sejak digunakannnya burung merpati sebagai alat komunikasi dapat menerobos hambatan, jarak, lebih – lebih setelah ditemukan telpon tahun 1820. jarak sama sekali bukan masalah lagi. Dengan teknologi faximile, kita tidak lagi mendengar pesan – pesan komunikasi, tetapi dapat membaca pesan – pesan komunikasi, melalui satelit komunikasi, teknologi komunikasi telah diperluas karena mampu mengatasi penggunaan kabel. Akibatnya kkomunikasi antar negara semakin dipermudah, bahkan melalui satelit komunikasi proses komunikasi dapat dilakukan secara massal. seminar internasional dapat berlangsung tanpa kehadiran peserta dalam satu gedung, melainkan cukup di negara masing – masing. Walaupun begitu, di Indonesia keadaanya lain.
Pemilikan telpon di Indonesia masih sangat rendah menurut data tahun 1989  4,4/1000 penduduk. Sementara di Jepang 555,3/1000 penduduk (Alfian, 1991).
Akhir – akhir ini produk telkom yang mutakhir mulai dikenalkan. Telkom high-tech yang diebri nama VSAT (very small aperture terminal) mampu mengirim dan menerima data, faks dan suara dalam sekejab beserta gambarnya. Sistem VSAT ini mampu mengatasi hambatan komunikasi akibat lalu lintas kkomunikasi yang padat (Jawa Post . 3 Mei 1995)
Sejalan dengan perkembangan komunikasi adalah perkembanan teknologi informasi. Radio ditemukan tahun 1867. tiga puluh lima tahun kemudian yakni tahun 1902 mulai dipasarkan. Sejak itu, penyampaian informasi dapat menjangkau publik yang berlipat ganda, penemuan transistor tahun 1948, kemudian diproduksi tahun 1951 mampu mengefisiensikan produksi radio, akibatnya radio diproduksi dalam jumlah yang besar dengan harga dalam jangkauan masyarakat umum.
Demikian pula teknologi komunikasi lain yang lebih akurat dalam sajian pesan, yakni televisi. Teknologi informasi ini ditemukan tahun 1922. dan diproduksi mulai tahun 1934. informasi yang disajikan tidak hanya berupa pesan – pesan lisan tetapi juga pesan visual, oleh sebab itu, pengaruhnya lebih intern terhadap perubahan perilaku masyarakat. Di Indonesia, jumlah televisi  39/1000 penduduk. Sementara di Jepang  585/1000 penduduk dan di USA  813/1000 penduduk (Alfian, 1991). Teknologi elektronika yang kini penggunaannya merambah dalam berbagai bidang adalah teknologi komputer. Ketelitian dan kecermatan melebihi manusia, ia dapat dipekerjakan di bidang kedokteran, dalam bidang rancang bangun dan rekayasa, bahkan dapat menggantikan guru dalam membelajarkan anak.
Di bidang transfortasi komputer dapat menggantikan polisi untuk mengawasi lalu lintas. Bahkan dapat menggantikan sopir untuk mengendarai mobil, pesawat terbang. Pendek kata, teknologi komputer dapat menggantikan manusia dalam pekerjaan rutin hingga pekerjaan yang kompleks yang sulit untuk dikerjakan manusia.
Kemajuan teknologi kesehatan berpengaruh sekali terhadap mutu kesehatan masyarakat. Di Indonesia, kematian bayi berangsur – angsur menurun. Pada tahun 1990 menurun menjadi 63/1000 kelahiran lain, angka harapan hidup meningkat dari 45,7 tahun 1967 dan tahun 1990 menjadi 61,5 (pidana pertanggungjawaban Presiden di depan MPR. 1 Maret 1993).

TANTANGAN-TANTANGAN MASYARAKAT MASA DEPAN
Perubahan Global
Pada tahun tahun 1989 The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menerbitkan hasil simposium yang diadakan di Parisdalam bentuk buku yang diberi judul One World or Several. Dalam buku tersebut menyebutkan tujuh masalah besar yang dihadapi manusia masa depan. Ketujuh masalah itu ialah (1) reactivasidunia secara menyeluruh, (2) globalisasi versus regionalisasi, (3) pengembangan sumber daya menusia dan pengelolaan pemerintah, (4) development contract,(5) perlu didorikan regiun energi internasional mengjadapi perubahan lingkungan yang semakin destruktif, (6) migrasi internasional, (7) memikirkan kembali nasib buruh-buruh negara agraris (Amin Rais dalam Tuhuleley,1993). Sedangkan negara-negara miskin dihadapkan dengan 3 jenis “buldoser” yang dapat melindas habis negara-negara agraris, yakni (1) revolusi bioteknologi, (2) berbagai imperative ekonomi yang merugikan petani, (3) kerusakan lingkungan yang semakin parah.

Perubahan tata kehidupan
Akselerasi perubahan masyarakat yang begitu cepat di masa depan, menimbulkan tata kehidupan manusia. Alvin Toffler (1970) menyebutkan tata kehidupan manusia masa depan itu mencakup (1) masyarakat yang serba membuang, (2) kkaum nomad baru, (3) insan modular (Toffler, 1970 dalam Koesdiyatinah ,1987). Masyarakat yang serba membuang menggambarkan sikap hidup masyarakat terhadap benda. Senang berganti-ganti barang. Hal ini akibat stimulasi produk yang selalu membanjiri masyarakat dengan desain yang up to date. Sementara nomad baru mencerminkan mobilitas penduduk. Perpindahan pekerjaan dan lalu lalangnya manusia akibat mutasi pekerjaan dan tempat kerja. Akibatnya seseorang juga selalu berpindah-pindah tempat tinggal. Sedangkan insan modular menggambarkan hubungan sesama manusia mengarah pada sebatas hubungan fungsional.
Kependudukan Dan Ketenagakerjaaan
Pertambahan penduduk, merupakan tantangan bagi masyarakat masa depan. Di negara-negara industri maju, pertambahan penduduk 1 % bahkan beberpa negara mendekati 0%, sehingga tahun 2025 jumlah penduduk dinegara ini sekitar 1,4 milyar. Sedang di negara-negara berkembang pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 6,8 milyar. (Brundland,1987 dalam Sumantri, 1988). Sementara itu di Indonesia pada tahun 2020 jumlah penduduk mencapai 250 juta jiwa dan tahun 2050 menjapai 350 juta jiwa. Rata-rata pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini sekitar 1,8% pertahun.
Akibat pertumbuhan penduduk ini dapat memunculkan masalah-masalah sosial, misalnya pengangguran, lihat Tabel 1.
Persentase tenaga terdidik Indonesia yang tidak terserap oleh lapangan kerja, ilmu-ilmu sosial 58,02%, ilmu-ilmu kesehatan2,39%, ilmu-ilmu pertanian 9,84%, ilmu pendidikan 15,37%, teknologi 6,99%, ilmu pasti alam 1,6% dan lain-lain 5,79% (Depnaker,1987 dalam ibrahim,1993). Fenomena ini tidak terlepas dari pertumbuhan penduduk yang tidak berimbang dengan daya serap lapangan kerja.

Daftar pencari kerja dan pengangguran di Indonesia menurut Budiono dkk, (1970). Tingkat pendidikan SD 24,3% tingkat pendidikan SMP 15,2 %tingkat pendidikan SMTA 36,4% dan tingkat universitas / akademi 5,6%. (Budiono dkk, 1992 dalam Tilaar,1993).
Keadaan pengangguran yang dituliskan di atas perlu mendapatkan pemecahan agar dimasa depan tidak menimbulakan masalah-masalah yang serius.
Disisi lain, pendidikan tenaga kerja di Indonesia, dari 137 juta usia 10 tahun ke atas, 66 % miskin pendidikan. Dari 73,9 juta pekerja di Indonesia, 80% hanya pendidikan SD atau kurang, bahkan 12,1 % tidak pernah sekolah.Tahun 2000, angkatan kerja di Indonesia skitar 100 juta orang dengan komposisi pendidikan 70% berpendidikan SD kebawah, 9,6% tamatan SMTP dan 1,6% SMTP kejuruan; 7,8% SMTA umum dan 9,1% SMTA kejuruan dan 1,87% tamatan perguruan tinggi (Ibrahim, 1993).
Karena proporsi tingkat pendidikan tenaga kerja di Indonesia, lebih besar hanya berpendidikan SD ke bawah, akibatnya pada beberapa sektor dan posisi jabatan masih diduduki oleh tenaga profesional asing. Berdasarkan data dari BKPM, 1989, beberapa sektor masih memperkerjakan tenaga asing yakni, (1) pertanian, perkebunan dan peternakan 14,40%. (2) pertambangan dan penggalian 16,08%, (3) industri pengolahan 26,08%, (4) listrik, gas dan air 2,45%. (5) konstruksi (9,23%), (6) perdagangan, restoran, dan hotel (9,98%). (7)angkutan dan perdagangan 2,44%, (8) lembaga keuangan (bank) 5,27%., (9) jasa masyarakat dan perorangan 15,29%. Sedangkan kompossisi berdasarkan jabatan , (1) manajer 2.908 orang, (2) profesional 4,820 orang, (3) teknisi 6,165 orang, (4) foreman 2.993 orang ,(5) operator 1.012 orang, berdasarkan data BKPM, 1990 (Alam, 1990)
Keadaan ini tentu merupakan tantangan bagi dunia pendidikan di Indonesia saat ini dan mendatang.
Perubahan Lingkungan hidup.
Masyarakat masa depan akan dihadapkan pada masalah lingkungan hidup. Beberapa perubahan lingkungan di masa depan meliputi (1) bertambahnya jumlah penduduk di bumi, (2) krisis air bersih untuk keperluan penduduk dan industri, (3) makin luasnya tanah krisis, (4) berkurangnya luas hutan, (5) musnahnya berbagai plasma nutfah di darat dan di air karena ekosistem, (6) rusaknya berbagi ekosistem di laut akibat pengurasan hasil laut pencemaran di sungai. (7) makin luasnya padang pasir, (8) meningkatnya suhu bumi akibatefek rumah kaca. (9) makin meningkatnya hujan asam, (10) jurang ekonomi antara negara miskin dan negara maju makin lebar. (Kastama,1991)

Degradasi Moral
Tekanan-tekanan sosial akibat berbagai ketimpangan sosial dapat menimbulkan tingkah laku menyimpang dalam masyarakat.
Di Jepang kemajuan ekonomi akibat industrialisasi , harus di bayar mahal berupa guncangan sosial budaya. Dalam dasawarsa 80-an, tingkat pencemaran naik 50%. Kejahatan remaja usi 15 tahun menyumabang 45% terhadap angka kejahatan di Jepang. Bunuh diri di kalangan remaja menempati angka tertinggi di dunia. (Saefuddin, 1993)
Demikian pula di Indonesia akibat globalisasi informasi, tata nilai dasar diterjang begitu saja oleh budaya asing, sehingga melahirkan perilaku baru dikalangan generasi muda. Contoh kasus demoralisasi yang sangat mengejutkan ialah dari 630.283 pelajar di Jawa Tengah, sekitar 37.000 diantaranya pernah melakukan hubungan seks. Dari jumlah itu 60% mengakui dirumah sendiri dan 40% sisanya di penginapan. (Jawa Pos,3 Mei 1995)
Kasus yang sangat meprihatinkan dalam tayangan di televisi hasil sigi oleh YKAI dan balitbang penerangan RI menyebutkan bahwa adega prososial 48% dan anti sosial 52%.(Jawa Pos, 30mei 1995). Pertanyaan yang perlu di jawab adalah nilai moral yang bagaimanakah yang hendak dikembangkan bagi para generasi muda ?
Sains dan Teknologi.
Meskipun abad ini merupakan abad sains dan teknologi, akan tetapi negara-negara berkembang keadaanya jauh di belakang negara-negara maju. Lebih dari 90% kapasitas Litbang dunia terdapat di utara, dan itupun hanya sebagian kecil yang ditujukan kepada masalah-masalah rakyatterbanyak di selatan. Anggaran belanja perkapita untuk negara-negara berkembangkurang dari 1% dari negara-negar industri maju.(Rifai,1986)
Sudariyanto (1991)menyebutkan Researh and Development (R&D) di negara maju mencapai 2-3% dari GNP, sementara di Indonesia baru mencapai 0,1% dan DIKTI baru sekitar 1% dari anggaran tahunannya. Anggaran R&D di Jepang pada tahun 1987 2,74%dari GNP dan korea mencapai 2,20% (Alam,1990)
Untuk memiliki teknologi, negara-negara yang sedang berkembang, melakukan alih teknologi dari negara-negara industri maju.korea selatan, tahun 1962 sampai dengan 1985 membeli teknologi jepang sebanyak 3527 buah dengan harga USS 1,3 milyar yang meliputi 26,7 % industri mekanik, 19,9 % industri elektronik, 16% industri kimia, 7,7% industri metal dan 28,75 lainnya (taufik, 1191 dalam Koswara,1991)
Dalam hal penguasaan sains dan teknologi, negara-negara berkembang masih mendapatkan masalah. Abdus Salam pemenang hadiah nobel dari fisika tahun 1978 yang berasal dari Pakistan mengemukakan ada 4 faktor yang menjerat negara berkembang sehingga mereka tidak dewasa dalam bidang sains untuk teknologi mutakhir, adalah : (1) banyak negara berkembang tidak mempunyai komitmen terhadap sains baik terapan apalagi yang murni, (2) tidak memiliki hasrat yang kuat untuk mengusahakan kemandirian, (3) tidak mendirikan kerangka institusional dan legal yang cukup mendukung manajemen kegiatan bidang sains (Baiquni,1990)
Di negara-negara maju, jumlah insinyur dan peneliti dibeberapa negara maju adalah sebagi berikut : Jepang sekitar 4836 per satu juta penduduk., di USA sekitar 3.233 per satu juta penduduk, Swedia 2.537 penduduk, Jerman (barat) 3.282, dan Perancis 1888 per satu juta penduduk (Sumarto, 1990 dalam wahjoe Tomo ,1993)
Andaikata di Indonesia setara dengan Perancis ± 1.888 per satu juta penduduk, dengan 185 juta penduduk di Indonesia, mak jumlah insinyur dan peneliti di Indonesia akan berjumlah 349.280 tenaga.bagaimana realitanya jumlah peneliti di Indonesia?
Berdasarkan sumber LIPI tahun 1992, pejabat peneliti Department lembaga non department , asisten peneliti 1.652 tenaga; ajun peneliti 1.377 tenaga; peneliti 562, ahli peneliti 258 tenaga. Sehingga jumlah tenaga peneliti di Indonesia 3.849 tenaga (Wahjoetomo,1993)
Jumlah di atas khusus tenaga yang memiliki jabatan fungsional peneliti. Hal ini akan lain jika tenaga-tenaga dosen dari perguruan tinggi dimasukkan juga sebagi tenaga peneliti.
Berdasarkan lampiran pertanggungjawaban Presiden di depan sidang MPR tahun 1993, jumlah tenaga peneliti (LIPI, LAPAN, BAKOR, SURTANAL, BATAN, BPPT) berjumlah 13.125 tenaga dan tenaga peneliti seluruhnya mencapai 81.390 tenaga (termasuk 2.222 doktor dari perguruan tinggi)
Untuk dapat mengembangkan teknoogi modern, diperlukan persiapan pendukungnya yakni penguasaan sains dan Bio-molekuler, biokimia dan mikrobiologi untuk mendukung bioteknolgi dan rekayasa genetik. Penguasaan dalam bidang fisika zat mampat , fisika semi konduktor dan superkonduktor, fotonika, yang menjadi dasar pengembangan teknologi material baru dan mikro elektronika ( Baiquni, 1990)
Pendidikan Nasional
Meskipun Indonesia berhasil meningkatkan kuantitas pendidikan , sehingga angka parisipasi SD tahun 1993 mencapai 99,6%, SLTP 46,4% dan SLTA 33,6% dan perguruan tinggi mencapai 10,6% akan tetapi masih dihadapkan pada berbagai tantangan.
Lulusan SD yang melanjutakan ke SLTP baru mencapai 58,3%, sementara lulusan SLTP yang melanjutkan ke SLTA cukup tinggi yaitu 80,5% dan lulusan SLTA yang melanjutkan ke perguruan tinggi baru mencapai 38,9%.
Tantangan yang perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak yang terkait adalah memgendalikan terjadinya putus sekolah. Angka putus sekolah di SD secara komulatif mencapai 20%, tingkat mengulang kelas 9,5% setiap tahun. Ditingkat SLTP angka putus sekolah ditingkat SLTA mencapai 3,5%dan di perguruan tinggi mencapai 9,1%
Untuk memcapai masyarakat industri maju yang bertumpu pada penguasaan teknologi tinggi Indonesia masih menghadapi tantangan Sumber daya manusia. Sumber Daya Manusia yang diprioritaskan untuk mendukung pelaksanaan teknologi adalah yang menguasai Basic Science. Di lain pihak distribusi terbesar berasal dari dunia pendidikan dan ilmu sosial (70%), sementara lulusan rekayasa mencapai 15,1% dan ilmu-ilmu dasar hanya 2,3% (Koswara,1991).
Mahasiswa indonesia yang belajar di Amerika tahun 1988 dari 10000 mahasiswa (dibulatkan) distribusinya adalah (1) bidang matematika dan komputer 12,0%, (2) manajemen 3% (3) kedokteran 161.000, (4) fisika 25, (5) engineering 23%,(6) sosial 18%. (Alam , 1990) jika dibandingkan dengan negara-negara lain dibidang sosial Malaysia 1,1% dari 23.000 mahasiswa yang belajar di USA dan Korea Selatan 6,8 % dari 20.000 mahasiswa. Dari data ini, mahasiswa yang memilih studi ilmu sosial masih tinggi dibanding negara lain.
Distribusi mahasiswa S1 berdasarkan bidang disiplin ilmu tahun 1985 adalah (1) Sains 11,5% (2) teknologi 13,5%, (3) kedokteran 161.000, (4) Pertanian 383.000, dan (5) ilmu-ilmu sosial 2.069.000 (Papiptek-LIPI,1987 dalam Alam 1990)
Demikian pula distribusi buku dalam perpustakaan berdasarkan bidang disiplin ilmu tahun 1985, (1) Sains 11,5% (2) teknologi 13,5% (3) kedokteran 5,6%, (4) pertanian 7,7% dan ilmu-ilmu sosial 61,6% (papitek-LIPI1987, dalam Alam,1990)
Mengamati dastribusi mahasiswa S1 maupun koleksi buku di perpustakaan distribusi tervesar pada ilmu-ilmu sosial. Bidang sains dan rekayasaperlu mendapatkan motivasi. Karena bidang tersebut menjadi tulang punggung pengembangan teknologi masyarakat Indonesia tahun depan.
Tantangan dalam pendidikan di Indonesia dan negara berkembang lainnya adalah dalam pendanaan pendidikan.
Berdasarkan perhitungan UNESCO tahun 1970-1987 anggaran pendidikan Indonesia mencapai 2-3% dari GNP. Sementara Malysia mencapai 4-6 % dari GNP. Dinegara maju, di USA dan Jepang mencapai 5-6% dari GNP, Belanda 8% dari GNP dan Uni Sovyet 6-7% dari GNP. (Profil indonesia, 1983) jika saat ini GNP di Indonesia mencapai $700 amerika pertahun maka anggaaran pendidikan di Indonesi sebesar $ 21 pertahun. Pada tahun 1983/1984 anggaran pendidikan di Indonesia mencapai 19% dari total anggaran pembangunan.(Profil Indonesia,1983)
Data lain dari ABD, Educational and Development in Asia the pasific, anggaran pendidikan di Indonesia pada tahun 1984 , sebesar 2,2% dari GNP, dengan GNP Indonesia pada tahun 1985 US$ 470. Sementara beberapa negara tetangga, Korea Selatan 4,8%, Singapura 4,4%; Hongkong 2,8%; Taiwan 4,2%; Malysia 4,6%; dan Filipina 1,3% (Tilaar,1991).
Sampai dengan saat ini, pendidikan di Indonesia masih bermasalah dengan rensdahnya kualitas pendidikan. Besarnya anggaran pendidikan pada PJPT Idistribusinya masih digunakan untuk mensukseskan wajib belajar 6 tahun. Ini berarti dioreantasikan pada masalah daya tampung. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia disebabkan oleh pendidikan yang bersifat massal.

ANTISIPASI TERHADAP MASYARAKAT MASA DEPAN
Kesimpulan yang tepat untuk menyatakan masyarakat masa depan adalah masyarakat yang sedang berubah. Tak ada waktu untuk menunda perubahan itu apalagi menolaknya. Dan pula perubahan itu tidak hanya dalam satu atau dua fase kehidupan melainkan menyeluruh, bersifat global. Tidak satupun yang tersentuh oleh perubahan.
Mengahadapi perubahan masa depan, perlu antisipasi secar tetat. Antisipasi dimaksudkan agar masyarakat masa depan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Dapat menghindari dampak negatif dari perubahan, bahkan menciptakan perubahan secara konstruktif bagi diri dan lingkungannya.
Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
Menghadapi masyarakat masa depan yang bercirikan perubahndibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas manusia yang dibutuhkan memiliki 3 ciri utama, ialah (1) manusia yang sadar IPTEK adalah well informed, tahu banyak pengetahuan. Mampu mencerna informasi, dan mengolah informasi untuk diri dan masyarakatnya. Mampu menganalisis informasi segal perubahan guna menentukan sikap terhadap perubahan. Mampu belajar sepanjang hayat (life long learning) memiliki kamampuan nalar yang tinggi, kreatif, integratif-konsesional. Mampu mendayagunakan IPTEK, bahkan daapt memukan inovasi untuk menciptakan perubahan dan mengendalikannya.
Kedua, manusia kreatif adalah manusia yang tidak terbawa oleh arus perubahan. Bukan manusia yang sekedar mampu menyesuaikan perubahan. Manusia kreatif mampu menciptakan perubahan, memiliki kemampuan yang kompetitif. Manusia kreatif, manusia yang inteligent, memiliki minat yang tinggi, imaginer, fleksibel, dan sensitif. Memiliki daya ingat yang tinggi dan dapat berpikir secara evaluatif . Dilihat dari sisi minat dan motivasinya, manusia kraetif mempunyai ciri selalu ingin tahu, gemar bermain ide, suka menghadapi tantangan. Dan dari sisi kepribadiannya, manusi kreatif bercirikan mandiri, terbuka dan tanggung jawab atas segala resiko tindakan yang diambilnaya,
Mandiri sebagi ciri manusia kreatif, memiliki lima komponen utama, (1) bebas dalam arti tindakan atas kehendak sendiri, (2)progresif dan alet dalam mencapai prestasi, (3) berinisiatif, mampu berfikir dan bertindak secara orisisnil, (4) internal lacus of control (memiliki kemampuan mengendalikan diri), (5) self esteem-self confidence (memiliki harga diri dan kepercayaan diri) (Oetomo,1990)
Ketiga, manusia yang memiliki solidaritas-etis. Kompetitif merupakan ciri globalisasi, oleh karena itu manusia masa depan perlu memiliki solidaritas sosial. Memiliki rasa tanggung jawabkemasyarakatan dan kebangsaan. Keunggulan kompetitif harus dilandasi oleh dan bermuara pada rasa tanggungjawab sosial.
Tantangan terberat dalam globalisasi tidak lain adalah mempertahankan nilai-nilai kebudayaan yang merupakan identitas sebagi bangsa. Dikatakan tantangan terberat, oleh karena disisi lain manusia dituntut untuk memiliki wawasan global. Di dalam diri manusia dituntut untuk berwawasan internasional. Namun di pihak lain, dituntut agar tetap berpijak pada jati diri sebagai bangsa yang mandiri. Oleh karena itu, manusia akan berada pada posisi tarik-menarik dua kebudayaan yakni kebudayaan internasional versus kebudayaan nasional.
Menghadapi derasnya kebudayaan asing (Barat) sering identik dengan nilai materialistik. Fromn (1956) melihat kehancuran tata kehidupan manusia terlalu menekankan aspek materi dan melupakan ajaran agama adalah pangkal kehancuran umat manusia. (Jacob, dalam Effendi,1992)
Kajian solidaritas etnis sebagai kualitas manusia untuk mengahdapi masa depan, bertumpu pada kualitas kehidupan masyarakat. Dahlan (1992) kualitas kehidupan bermasyarakat meliputi (1) keserasian sosial, (2) kesetiakawanan, (3) disiplin sosial (4) kualitas komunikasi sosial (Dahlan dalam Effendi, 1992)

Pendidikan Masa Depan
Toffler menyebutkan masyarakat masa depan adalah masyarakat super industrial. Untuk menciptakan hal ini perlu ditentukan alternatif yang bermuatan asumsi tentang jenis pekerjaan, profesi yang diperlukan antara 20-50tahun yang akn datang. Dari sini akan dirumuskan keterampilan, kognitif, dan afektif yang dibutuhkan untuk menghadapi akselerasi perubahan. (Toffler,1970, dalam Koesdiyatinah,1987)
Untuk mengantisipasi masa depan, Tilaar menyebutkan ada sepuluh kecenderungan pengembanagn sistem Pendidikan Nasional, yaitu :
(1)pemerataan pendidikan, (2) Kurikulum yang relevan dengan pembangunan nasional, (3) proses belajar mandiri, (4) tenaga pendidikan yang profesional, (5) pendidikan pelatihan yang tetpadu, (6) pendidikan tinggi sebagi partner in progress. (7) pendidikan berkelanjutan, (8) pembiayaan yang memadai, (9)partisipasi masyarakat, (10) manajemen pendidikan yang efektif (Tilaar,1993)
Naisbit (1990) menekankan pentingnya pendidikan nilai bagi pendidikan masa depan. Hal ini dilatarbelakangi oleh kecenderungan masa depan yang ditandai oleh berkembangnya bioteknologi. Kecenderungan di bidang bioteknologi ditandai oleh keberhasilan ilmuwan dalam memecahkan masalah DNA (Deoxyribonucleaid Acid) . Dibidang pertanian dikembangkan varietas Unggul, demikian pula dibidang peternakan. Bagaimana menemukan varietas unggul untuk kehidupan manusia?
Masa depan merupakan masa yang kompleks bahkan kaum futurolog sudah tidak sanggup lagi meramalkan hari depan. (Soedjatmoko, dalam Utomo, 1990). Kalau demikian halnya, pendidikan masa depan harus mampu mendidik individu untuk dapat menghadapi kekompleks-an masa depan. Tujuan pendidikan diarahkan untuk mewujudkan manusia yang dapat mengikuti keadaan masa depan.
Tujuan pendidikan bukan melahirkan indivvidu yang terpragmentasi dalam bidang-bidang spesialisasi. Melainkan dapat mewujudkan individu yang utuh. Sebagaimana tujuan pendidikan dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa tujuan Pendidikan Nasional mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab masyarakat dan kebangsaan.
Penerapan prinsip pendidikan seumur hidup akan berimplikasi pada perubahan kurikulum. Menurut Delker, sekolah perlu menawarkan pendidikan inti yang efektif yang diperlukan untuk belajar seumur hidup. Skager dan dave (1977) menyebutkan kriteria kurikulum sekolah untuk mendukung perkembangan seumur hidup sekolah. Yaitu : (1) kurikulum sekolah harus menganggap bahwa belajar adalah suatu proses yang terus-menerus, (2) kurikulum sekolah harus dipandang dalam konteks, belajar di rumah, masyarakat dan tempat belajar, (3) kurikulum sekolah mengakui interelasi beberapa subjek studi.(4) Kurikulum sekolah harus mengakui sekolah sebagai suatu agen dalam menajikan pendidikan dasar, (5) kurikulum sekolah perlu menekankan otodidak, (6) kurikulum sekolah mengingat kebutuhan individu (Skager dan dave,1977 dalam Cropley).Sementara belajar untuk menghadapi perubahan menurut Biggs (1973) adalah (1) proses untuk memiliki dan mengalokasikan informasi, (2) proses untuk memiliki keterampilan tingkat tinggi menggeneralisasi, (3) proses memiliki strategi umum untuk memecahkan problema, (4) proses menetapkan tujuan belajarnya sendiri, (5) proses mangevaluasi hasil belajarnya sendiri, (6) motivasi yang terat dan (7) proses memiliki konsep yang tepat. (Biggs, 1977 dalam Cropley)
Menguasai Teknologi
Era globalisasi diwarnai oleh persaingan. Oleh karena itu dibutuhkan sumber daya manusia yang mempunyai keunggulan kompetitif . Wardiman (1993) menyebutkan untuk mengatasi persaingan, dunia industri harus , (1) menguasai teknologi produksi, untuk mendapatkan kualitas produk yang tinggi, (2) menguasai teknologi produk agar dapat bersaing, (3) menguasai teknologi menajemen untuk mendapatkan harga yang layak,(4) mempunyai tenaga kerja yang terampil dalam proses produksi atau teknologi produk(wardiman,1993)
Somitro(1981)menyebutkan, mengingat konstelasi masyarakat kita ,dan melihat perkembangan masa depan, ada tiga teknologi yang harus dikebangkan,(1) teknologi maju, (2) teknologi adaptif dan (3) teknologi protektif. Teknologi maju masa depan adalah teknologi produksi exstratif dibidang metalurgy, teknologi imeral dan energi(nuklir). Teknologi adaptif, teknologi yang bersumber dari penelitian negara maju yang diolah sesuai dengan kondisi masyarakat kita.teknologi protektif, teknologi perlindungan alam dan lingkungan(sumitro, 1981).
Selain peningkatan jumlah insinyur dalam pakar pakar dibidang ilmu murni, sujatmoko(1993) manuliskan universitas perlu menggembangkan disiplin ilmiah yang melandasi teknologi, seperti Solid State Physics dan matematika untuk mikro elektronika dan biologi mikro. (Soedjatmoko,1993). Lebih lanjut ia menyebutkan, teknologi yang paling besar dampaknya atas perkembangan masyarakat adalah bidang bio teknologi, mikro elektronika, informatika dan teknologi bahan (technology bahan)
Untuk mengimbangi kejutan masa depan, Toffler menawarkan strategi pemikatnya. Disebutkannya untuk mempertahankan keseimbangan selama terjadinya revolusi superindustrial adalah dengan menandingi penemuan baru (Toffler, 1970 dalam Koesdiyatinah,1987). Persoalannya untuk negara-negara miskin sarana dan prasarana riset dasar sangat tidak memadai, shingga penemuan-penemuan baru sangat langka adanya. Herman Kahn menyebutkan kegiatan R&D di negara miskin 2,5%, sementara di negara kaya 97,5%. (Rais,1993 dalam Tuhuleley,1993)
Khususnya di Indonesia, menurut anwar et al (1990) tantangan yang dihadapi untuk penerapan dan pengembangan IPTEK pada PJPT II adalah (1) jumlah terbesar penduduk usia 10 tahun ke atas dan angkatan kerja yang tidak tamat SD sebesar 44,9%dari jumlah angkatan kerja sebanyak 74,6 juta, dan lulusan perguruan tinggi 1,61%, itupun lulusan eksakta ±28,9% dan sisanya lulusan ilmu sosial., (2) bagian terbesar unit usaha berskala kecil dan non formal, (3) peningkatan pengangguran terbuka angkatan kerja lulusan SLTP dan yang lebih tinggi, (4) pendidikan menengah dan tinggi relatidf rendah , (5) kurangnya tenaga ristek, (6) rendahnya kesehatan relatif terhadap negara ASEAN, (7) industri manufaktur mengarah industri berat, (8) urbanisasi meningkat, (9) Pemasukan dana luar negara berkurang teknologi meluas dan mendalam (Anwar et al, 1990 dalam Iskandar, 1991).
Mengubah kecenderungan
Menperhatikan dampak negatif teknologi, untuk mengantisipasi masa depan. Yacob (1993) menjelaskan bahwa untuk mengantisipasi masa depan , perlu menguasai skenario masa depan yakni dengan mengubah kecenderungan masa depan. Untuk mengubah kecenderungan masa depan yang perlu dilakukan adalah (1) pembatasan pertumbuhan industri negara maju, atau menciptakan pertumbuhan batas dengan teknologi teratas, penemuan baru dalam teknologi, bahkan makanan, material, peningkatan ekoteknologi untuk mengendalikan pemanasan global dan pencemaran lingkungan, (3) rehumanisasi IPTEK, (4) desentralisasi teknologi dan dualisasi penghidupan, (5) penggantian paradigma dengan mengembangkan nilai to be dan bukan hanya to have, (6) revitalisasi dan modernisasipemahaman agama (Yacob,1993 dalam Tuhuleley, 1993).

Currently have 0 komentar:

Leave a Reply

Posting Komentar

Connecti.Biz FreeHostID.com MyWebInstant.com UsahaWeb.com Zoombase.com http://www.usahaweb.com/idevaffiliate.php?id=6886
DirectoryVault.com
Loading