Self -Plutonium
Setahuku, ledakan nuklir terjadi karena reaksi
berantai akibat pemebalahan atom plutonium atau
uranium. Pembelahan atom tersebut, kemudian
memecu reaksi berantai yang dalam waktu
sepersekian detik menjadi ledakan... katanya reaksi
ini sesuai dengan rumus Einstein e = mc2 (dua
yang terakhir adalah kuadrat), dan yang meneliti
aplikasi rumus ini sehinggga menjadi sebuah
senjata mematikan adalah Oppenheimer, kalau
tidak salah... namanya disebut dalam buku Outliers
oleh Malcolm Gladwell, sebagai "orang yang tidak
terlalu jenius namun sukses dalam kehidupannya".
Catatan ini kubuat setelah membaca catatan Iman
Kurniadi mengenai PU-239 dan End of 2009
surprises, dari bebetapa komentar yang ada ada
satu yang menurutku sangat cerdas, yaitu
komentar Febry "Plutonium ibarat negativitas diri
yang menyebar dan mempengaruhi lingkungan
sekitar" , well... itu betul, dan sangat cerdas.
Tetapi... yang jadi pertanyaan adalah, pakah kita
mampu membangkitkan "plutonium diri" dalam
diri kita? lalu apakah kita akan gunakan itu secara
benar, atau tidak benar?
Suatu reaksi berantai akan memacu ledakan...
kalau kita pindahkan konteksnya dalam jiwa kita,
berbagai kejadian atau fenomena akan memacu
"reaksi berantai pemikiran" yang memacu ledakan
hebat....
ledakan itu bisa berupa "bencana psikologis" yang
mengarah ke tindakan merusak diri,
psikosomatis,gangguan jiwa berat atau bahkan
bunuh diri.
well.. thats kalau dari segi negatifnya.
dari segi positif, ledakan yang terjadi bisa berupa
proses transformasi diri ke arah yang positif... dari
yang biasa-biasa ke yang luar biasa. dari yang
tadinya buruk berubah positif, dari yang tadinya
pasif menjadi aktif, yang tadinya bersikap negatif
menjadi positif... tebak, pasti kita pernah menemui
seseorang yang tiba-tiba berubah 180 derajat kan?
dan yang lebih penting lagi...
seperti apa diri kita kalau kita bebaskan diri kita?
kalau kita bangkitkan energi besar akibat reaksi
pemikiran dalam diri kita?
kalau kita bebaskan semua potensi yang kita miliki,
tanpa harus terhalang oleh hambatan-hambatan
dari dalam diri kita sendiri?
lalu, sejauhmana radiasinya akan menular?
sedikit mengalihkan pembicaraan,... di akhir tahun
ini aku juga mengalami beberapa kejadian yang
memicu reaksi berantai... mulai dari diskusi yang
membakar otakku dengan mas Hardi, mas Tawaf,
mas Puguh dan suamiku sendiri... (tampaknya dia
juga mulai bertransformasi), ditambah
pengalaman-pengalaman menangasi berbagai
kegiatan yang membuatku mengobservasi sikap
dan karaketristik manusia di orang-orang
sekelilingku... aku jadi paham mengapa ada orang
bijak yang mengatakan:
"yang kita takuti dari diri kita bukanlah kelemahan-
kelemahan kita, tetapi kebesaran-kebesaran dalam
diri kita"
karena, memang kita sellau cenderung menutup
diri; tidak berani mengeluarkan sebanyak mungkin
potensi yang kita miliki. kita seringkali terjebak
dalam hamabatan merasa tidak percaya
diri,merasa rendah diri, merasa tidak pantas, sok
jaim, jual mahal, sok low profile, atau berpikir "aku
memang kayak gini kok dari dulu", .... kita
seringkali menolak untuk membebaskan diri kita.
aku pun juga, mulai bertanya pada diri sendiri;
beranikah aku untuk membebaskan potensiku?
seperti apa aku nantinya?
aku merasa aku peka dalam mengamati suatu
fenomena, tetapi aku sering menghambat diriku
sendiri dengan tidak berani mengungkapkan
sesuatu secara tegas, padahal itu benar. aku masih
sering terjebak pada usia dan gender, karena aku
cewek, masih muda, maka ewuh-pakewuh, dan
juga rasa kasihanku yang besar membuat aku sulit
berkata jujur... membuat aku lunak luar dalam,....
bagaimana bila aku membebaskan kekuatan itu?
dan apakah aku berani menanggung
konsekuensinya?
Salah satu nasihat yang kuterima di bulan
desember ini adalah "Semuanya berawal dari niat,
kalau memang niatnya lurus, tetapi kata-kata yang
dikeluarkan harus menyakitkan, maka itu memang
diperlukan"...
jadi, akhir-akhir ini aku mulai belajar... untuk jujur,
bicara apa adanya, dan lebih tegas memberitahu,
baik pada diriku sendiri dan orang lain...
reaksi berantainya sudah dimulai
Currently have 0 komentar: