let's smile This Blog is part of the U Comment I Follow movement in blogosphere.Means the comment field of this blog is made DOFOLLOW.Spam wont be tolerated.

Blogger Widgets

Join the movement and Get this widget

Blog d'informazione e cronaca sportiva

Blogger Indonesia
Latest News

Pesilat Militer dan sipil

Sabtu, 03 April 2010 , Posted by Qym at 4/03/2010 08:31:00 AM

Permasalahannya adalah bukan seorang pesilat itu
berasal dari TNI, POLRI, atau elemen lain yang
berbau militer. Bukan berarti seorang Pesilat dari
POLRI atau TNI pasti akan menang dalam sebuah
kejuaraan, dan demikian sebaliknya, bukan berarti
seorang pesilat dari kalangan sipli sulit untuk
berhasil.
Kita sudah mengenal Roni Syaifullah (Kelas G
Putra), yang jelas dia dari kalangan sipil. Atau
Pengky Simbar, Tuti Winarni, Nyoman Suparniti,
Lutfan Budi Santoso, yang semuanya adalah orang
sipil. Kemenangan I Komang Wahyu yang seorang
anggota POLRI, terlepas dari permainan serta
pelatihan yang telah dia jalani selama ini, bukan
menjdi alasan untuk menjadikan kalangan militer
sebagai satu-satunya lahan untuk mencari bibit-
bibit pesilat. Terlebih, Kemenangan itu mungkin
menjadi sorotan khusus karena masalah "situasi-
kondisi" yang secara tepat menempatkan ia
sebagai pahlawan Ketika semua pesilat tanding
gagal dan Komang Wahyu menjadi yang satu-
satunya berhasil, kemenangannya tiba-tiba
menjadi suatu perhatian (Semisal sudah ada pesilat
tanding lain yang juara, mungkin ceritanya akan
lain). Dan latar belakangnya sebagai anggota POLRI
pun menjadi sorotan, sehingga muncul
pernyataan untuk "merekrut pesilat dari kalangan
militer karena peluang kemenangan mereka
dianggap lebih besar". Bisa ya bisa tidak, tetapi itu
bukan satu-satunya cara.
Permasalahannya hanyalah masalah apakah ia
MEMILIKI KEBIASAAN YANG TEPAT, BERADA DI
LINGKUNGAN YANG TEPAT, BERSAMA ORANG-
ORANG YANG TEPAT.
Pertaa-tama, KEBIASAAN yang TEPAT. Ada
pepatah Kebiasaan membentuk karakter
seseorang.
Kebiasaan membentuk Karakter, Karakter
memebentuk Takdir.
Takdir ini -- barangkali, termasuk diantaranya
adalah menang atau kalah, juara atau tidak juara.
Dalam kondisi milter, semuanya harus berada
dalam satu sistem terkomando yang tertib dan
penuh disiplin. Dalam militer ada sejumlah aturan
baku yang tegas. Itu termasuk ke hal-hal yang
remeh temeh seperti bagaimana mereka harus
mematuhi jadwal, menata baju di lemari, tempat
tidur yang harus bersih, hingga ke cara makan dan
minum. Semuanya tertata rapi dan teratur. Ini
dapat terbawa ke kehidupan sehari-hari,
sebagaimana seorang militer diwajibkan tetap
berseragam ketika keluar dari markas. Dan,
masalah disiplin semacam ini sebenarnya dapat
dilakukan dan dijalani seorang sipil, siapapun dia,
bagaimanapun latar belakangnya. Displin ketika
makan dan tidur, berlatih dan beristirahat, dan
tentu saja, memfokuskan pikiran di saat yang
tepat. Siapapun bisa melakukannya -- tidak mesti
harus berpendidikan militer dahulu.
Tetapi, ketika seorang pesilat keluar dari lingkunagn
markas untuk berlatih pencak silat -- yang
diperlukan BUKAN HANYA DISIPLIN -- yang
mereka perlukan juga adalah PELATIH YANG
TEPAT, LATIHAN YANG BENAR, dan KONDISI
YANG TEPAT. Karena Pencak Silat adalah sebuah
olahraga yang rumit-- bukan hanya diperlukan
kekuatan dan kecepatan, namun juga teknik dan
strategi. Penilaian berdasar sudut pandang juri
membuatnya semakin rumit -- Pelatih harus bisa
bepikir dari sudut pandang juri. Karena sebuah
serangan yang masuk, paling banyak hanya akan
dinilai oleh 3 juri (berdasarkan sudut pandang),
kecuali untuk Jatuhan. Ini membuat seorang pesilat
tidak bisa (kalau boleh dibilang: tidak mungkin)
berjuang sendirian. Tidak mungkin seorang pesilat
memikirkan semuanya sekaligus: saya harus
menggunakan teknik apa, harus bermain di
wilayah gelanggang yang mana, juri mana yang
harus diberi nilai, dan berapa selisih nilai saat ini --
semua itu sangat rumit, dan tidak bisa dipikirkan
sendirian. Barangkali karena inilah, secara tidak
sadar seorang pesilat SANGAT MENGHORMATI
PELATIHNYA. Hingga bisa saja sampai suatu tahap
tertentu ia dapat sangat fanatik terhadap satu-dua
pelatih. (implikasinya bervariasi... misalnya, ketika
ada "orang luar" yang melangkahi peran
pelatihnya, dapat memicu rasa amarah yang
ditekan dalam diri pesilat -- misalnya apabila antara
pelatih dan pengurus tidak sejalan, pesilatlah yang
akan menjadi korban)
Jadi, seorang anggota militer akan memiliki basic
fisik dan mental yang baik untuk bertanding,
namun itu saja tidak cukup. Ia harus dilatih oleh
PELATIH YANG TEPAT. Benar-benar seorang
pelatih pencak silat yang kompeten, mumpuni,
mengetahui prinsip-prinsip olahraga silat dan
memahami peraturan pertandingan secara
mendetail (sehingga tahu cara mengatur strategi).
Tanpa pelatih yang tepat, sebagus apapun fisik-
mentalnya, tidak akan berhasil. Dan yang
sebaliknya juga bisa berlaku, orang sipil yang
berlatih pencak silat dengan pelatih yang tepat,
besar kemungkinan mereka untuk berhasil.
Misalnya seperti Roni, Tuti Winarni, Lutfan,
Nyoman Suparniti, mereka dilatih orang-orang
yang tepat (terlepas dari kegagalan di SEA GAMES
lalu, tidak bisa dipungkiri nama-nama tersebut
berkali-kali menyabet World Champion dan Juara
SEA GAMES). Jadi, tidak heran bila ada daerah yang
dominan dan menonjol prestasi pencak silatnya,
tengok saja siapa pelatihnya ?
kedua, LATIHAN yang BENAR. Pelatih yang tepat
tentu saja tidak akan sembarangan melatih, ada
prinsip-prinsip yang harus diikuti. Dan seringkali ini
tidak berhubungan dengan latar belakang si pelatih
apakah harus orang olahraga (S.Or, M.Or dsb)
tetapi pada INTENSITAS dan INTEGRITAS seorang
pelatih untuk memperoleh pengetahuan,
memantau perkembangan pensak silat yang up-
to-date dan bagaimana mereka pengaplikasikan hal
itu pada anak didiknya. Terkadang yang terakhir ini
penting: masalah perhatian pada anak didik.
Kerumitan olahraga pencak silat membuat seorang
pesilat harus berada dalam kondisi sangat rileks
sebelum bertanding; untuk mencapai kondisi itu, ia
harus merasa aman baik secara fisik dan psikis;
usaha para pelatih agar anak didiknya merasa
aman adalah memperlakukan mereka secara
bermartabat dan penuh kasih sayang secara adil;
sehingga para atlit ini tidak akan ketakutan karena
berpikir "bagaimana kalau saya kalah?" atau
memikirkan "bagaimana posisi saya di tim, saya
dimainkan atau tidak?", atau hal-hal lain selain
bertanding. Ini adalah faktor keterikatan emosiaonal
yang sering terlupakan (seringkali bukan pelatih
yang melupakan ini tetapi orang-orang lain
misalnya pengurus IPSI). Rasa aman, enjoy, rasa
nyaman bertanding, juga berpengaruh pada
tingkat konsentrasi. Ini belaku untuk semua pesilat,
entah dia dari kalangan sipil atau bukan.
Ketiga, KONDISI YANG TEPAT. Bayangkan
seandainya Komang Wahyu memiliki seorang
komandan yang kaku, yang tidak mengijinkan
anak buahnya berlkatih? apakah ia bisa menjadi
juara seperti sekarang ini? Seorang militer harus
berada di kompi yang tepat, di batalion/resimen
yang tepat, yang bisa mendukung karier pencak
silatnya. Dan ini tidak berlaku di semua tempat.
Seorang anggota militer terikat pada tugas dan
garis komando; dan prosedur serta kedidiplinan
mereka sangat tegas. Barangkali, hanya kebesaran
hati seorang komandan yang bisa memberikan
seorang anggota POLRI / TNI untuk berlatih di
lingkunag yang lain, yang dimana di tempat itu
atribut militernya harus dilepas. Seorang pesilat,
harus disiplin istirahat dan berlatih, sulit bila ia tetap
harus bertugas di sela-sela latihannya. ia tidak akan
sempat beristirahat cukup atau berdiskusi
mengenai perkembangan lawan-lawannya
bersama pelatih. Dan ini juga berlaku bagi pesilat
sipil; bila mereka berada di sutuasi yang tepat,
misalnya didukung orang tua, universitas, lembaga
tempat bekerja, maka kemungkinan langkahnya
mulus dalam dunia pencak silat juga semakin
besar. Karena itu penting bagi seorang pesilat
untuk mempertimbangkan akan sekolah dimana;
bertugas dimana, bekerja dimana dsb; karena itu
menentukan kesempatannya berprestasi.
Jadi... apakah itu seorang anggota militer atau tidak,
sama saja. Selama memiliki komitmen, integritas,
disiplin, siapapun dapat berlatih dan menjadi juara.
Tetapi tentu saja... semua juara selalu berhutang
pada pelatih, orang-orang yang tepat dan kondisi-
kondisi yang tepat.
Sumber:
Gladwell, Malcolm. 2008. Outliers. Gramedia.
____, 2009, Pecak Silat hanya meraih 2 medali
emas. http://219.83.122.194/web/index.php?
option=com_content&view=article&id=5787:pencak-
silat-hanya-raih-2-medali-emas-sea-games-xxv-
laos&catid=46:olahraga&Itemid=113
(Terimaksih mas O'ong, hope this can satisfy you,
please give feedback, thank you)

Currently have 0 komentar:

Leave a Reply

Posting Komentar

Connecti.Biz FreeHostID.com MyWebInstant.com UsahaWeb.com Zoombase.com http://www.usahaweb.com/idevaffiliate.php?id=6886
DirectoryVault.com
Loading